Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Pendidikan di Persimpangan Jalan: Reproduksi atau Rekonstruksi

Gambar
Ilustrasi/  behance.net Belum lama pilox warna-warni yang lahir dari euforia kelulusan hinggap pada seragam putih abu-abu, pemiliknya sudah didekap kebimbangan baru. Beberapa di antaranya tengah bimbang akan melamar pekerjaan di mana. Beberapanya lagi masih mempertimbangkan jurusan yang akan dipilihnya seiring dengan rencana melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Keduanya memikirkan satu hal yang sama: prospek ekonomi. Seperti jatuh dari langit, ketakutan soal pekerjaan menjadi momok tersendiri. Bayang-bayang tentang seseorang dengan setelan kemeja putih dan bawahan hitam sembari menenteng map yang mencoba peruntungan dari satu gedung ke gedung lainnya segera memenuhi kepala. Bukan hal baru ketika kebimbangan itu kemudian membawa kaki mereka pada seminar motivasi untuk mencari semacam pencerahan.                 Seminar-seminar itu barangkali mencoba untuk membangun keyakinan akan rencana hari depan, tetapi tidak menjelaskan mengapa dan bagaimana kebimbangan-kebimbangan demiki

Cermin dalam Genggaman Corona

Gambar
Ilustrasi Pandemi/ rawpixel.com Bak kecoa terbang yang tiba-tiba mendarat di wajah, kemunculan pande mi corona membuat siapa saja panik, gagap, hingga menimbulkan kekacauan. Kehadirannya membuat keadaan tak lagi seperti semula. Ia menuntut kewaspadaan sekaligus memengaruhi mobilitas semua orang. Sebagaimana yang ditorehkan Albert Camus dalam novel Sampar (1947) mengenai manusia yang kacau dalam berpikir ketika menghadapi absurditas: ketidakpastian, krisis, ketakutan, dan kematian. Karantina yang mendisrupsi ritme kehidupan dan pola interaksi manusia pun mengantarkan kita pada cara hidup yang lain, yang sekaligus mengguncang diri kita semua. Dalam hal psikologis, misalnya. Tirto melaporkan, sebanyak 64,3% dari 1.522 orang responden memiliki masalah psikologis cemas atau depresi setelah melakukan periksa mandiri via daring terkait kesehatan jiwa dampak dari pandemi corona yang dilakukan di laman resmi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Pembatasan mobilitas

5 Hidangan yang Tercipta karena Kemelaratan

Gambar
Tak bisa ditampik, hubungan manusia dan makanan terjalin sangat erat. Makanan adalah pengalaman universal manusia dalam bertahan hidup. Dan bukan tiba-tiba jatuh dari langit, tiap-tiap makanan memiliki cerita masing-masing untuk sampai di meja makan kita. Seperti kata Jonathan Safran Foer, penulis asal Negeri Paman Sam, makanan adalah budaya, kebiasaan, keinginan, dan identitas. Di samping itu, tidak semua makanan memiliki kisah menyenangkan, lho . Tidak seperti croffle atau nugget pisang yang muncul atas inovasi dari para koki, ada pula makanan yang lahir dari kesengsaraan rakyat biasa kala kondisi krisis melanda. Tak mengherakan apabila kisah-kisah demikian jarang diketahui orang, lantaran kini makanan tersebut telah menjadi santapan bagi semua kalangan, bahkan menjadi hidangan incaran wisatawan kuliner. Apa sajakah makanan yang memiliki kisah unik tersebut? Ini dia! 1.        Tengkleng Kambing Tengkleng Kambing Khas Solo/  surakarta.go.id Siapa sangka, tengkleng kambin

Memulihkan Jiwa dengan Spiritual Traveling di Pulau Dewata

Gambar
    Gambar  1 . Suasana Pulau Bali/ kabari.id Berbeda dari perjalanan wisata biasanya,  spiritual traveling  berfokus pada pemulihan kondisi jiwa seseorang. Melalui  spiritual traveling,  orang dapat merefleksikan pengalaman hidupnya yang telah dilalui, sehingga pikiran dan hati yang kalut dapat ditata kembali.  Salah satu lokasi yang cocok dikunjungi untuk itu adalah Bali.  Pulau yang dihimpit Pulau Jawa dan Lombok ini menawarkan banyak lokasi yang kental dengan tradisi untuk mendapatkan ketenangan. Berikut adalah kegiatan yang bisa dilakukan di Bali untuk mencapai kedamaian   dalam diri. Penyucian diri di pura Gambar  2 . Upacara Melukat di Pura/ idntimes.com Bukan sekadar bangunan, pura merupakan sesuatu yang sakral. Bagi masyarakat sekitar, pura digunakan untuk melakukan upacara penyucian diri atau biasa disebut sebagai Upacara Melukat. Adapun beberapa pura di Bali yang dapat dikunjungi untuk mendapat pengalaman melukat tersebut, yakni Pura Dalem Pingit Sebatu di Jalan Raya Tegalla

Betapa Rempongnya Masyarakat Modern dalam Mencapai Stabilitas Mental: Sebuah Refleksi atas Minimalisme Masyarakat Baduy

Gambar
  Ilustrasi (dribbble.com) Lamunan di sore hari membuat saya membatin: enggak nyangka juga, bahwa hidup menjadi konsumen di peradaban modern ini ternyata bisa membuat pikiran dan hati saya kalut. Sederhana tapi kompleks. Bagaimana tidak, saya hidup di tengah berbagai tawaran produk yang seliweran di mana-mana. Di baliho jalanan, di televisi, di sosial media. Aih, mau stalking akun doi aja harus pake lihat promo jaket Erigo dulu. Pengalaman itu bukan apa-apa sampai kemudian saya menyadari bahwa hal-hal demikian membuat saya menjadi konsumtif. Saya jadi kesulitan untuk menentukan prioritas--mana kebutuhan, mana keinginan. Enggak jarang saya tiba-tiba check out barang-barang lucu karena iseng. lagi, ketika saya membeli barang bermerek bukan karena kualitasnya, tapi karena bakal merasa keren ajah. Iya, saya norak. Di situ saya mendapati bahwa orang menggunakan suatu produk bukan karena kebutuhan akan fungsinya, melainkan oritentasi terhadap pengakuan dari lingkungan sosial mengenai a